Jumat, 05 Desember 2014

tips motor drag pilih power band mesin 130cc - 200cc



Dragbike kini kelasnya aneh-aneh, tapi pesertanya nggak aneh-aneh kokTrek lurus ini melombakan kelas neraka’ bebek bermesinimut dari 115 cc150 cc, 200 cc dan kelas monster 200 cc ke atas. Bagi Masbro yang mau bangun karapan motor harus tahu dulu karakter tenaga yang harus dicapai. Istilahnya pilih-pilih power band.
Power band nggak ada hubunganya sama Power Metal, Power Slave grup musik rock zaman dulu. Juga power glueApalagi boy band! Jauh… Power band alias rentang tenaga yang terpakai pada kisaran putaran mesin yang sudah dikorek. Istilah Londonya,usable power. “Buat mesin cc kecil, power mesin harus digeser di rpm atas, itu kuncinya,” kata Mosik Priyonggo, tuner Jupiter Z yang quick shifter itu lho…

Karena alaminya mesin kecil apalagi silinder tunggal dapat tenaga di putaran atas. Kalau kapasitas gede dengan silinder banyak, tenaga didapat pada rpm bawah. Mesin kecil semua perantinya kecil jadi bergeraknya enteng dan menghasilkan tanaganya di atas. Apalagi racing, sengaja dientengin atau materialnya ringan tapi mahal “Istilahnya, power by rpm. Harusnya makin tinggi rpm, power juga naik,” ingat Onggo. Iya, rumusan tenaga mesin kan cuma Torsi x rpm.
Nah, motor Jupiter quick shifter itu juga begitu. Hasil dyno menunjukkan kalau mesin itu mampu mempertahankan power sampai putaran 15.000 RPM. Berhubung di drag rpm yang turun sebentar saat pindah gigi, tenaga harus oke sejak 12.000 rpm dan puncaknya justru di 15.000. Jupiter Z ini sampai-sampai butuh data logger untuk memastikan joki memindah gigi sesuai putaran mesin yang diinginkan. Padahal powernya terbilang biasa saja, sekitar 24 dk dengan Pertamax. 
Biasanya pakai Avgas, tembus di atas 25 dk. Tetapi karena grafik powernya pas, tenaga yang dikeluarkan jadi istimewa di setiap putaran. “Yang paling susah justru mengefisienkan mekanismenya biar mampu mendukung CFM mesin,” lanjut bos Omah Mburi Ong’s Racing itu.

Bingung... ya, apalagi puasa-puasa begini? Sengaja, sebab tulisan ini akan digali lebih dalam. Mesin balap yang cocok pakai spek power band ini untuk mesin drag/road race sampai 150 cc saja. Sebaliknya, motor-motor ber-cc di atas itu, lebih berat mekanismenya. Klep lebih besar, piston gambot, stroke-up dan sebagainya. Keuntungannya, meski berputar lebih pelan, toh bahan bakar yang masuk ke ruang bakar tetap deras sesuai membengkaknya kapasitas mesin. Hasilnya tenaga dan torsi mesin juga tetap dapat. 

Sayangnya, keterbatasan mekanis saat mesin berputar tetap jadi kendala. “Putaran mesin sih tetap bisa tinggi, tetapi tenaga puncak mesin nggak pernah bergeser dari 10-11 ribu rpm, habis itu turun drastis,” kata Anindita, mekanik drag asal Temanggung, Jateng. 
Nah, di sini pintar-pintar mekanik membuat torsi sebesar mungkin di power band itu. Ingat rumusan di atas, Power = Torsi x RPM?Jika rpm tak bisa ditingkatkan, tinggal mengail torsinya, getu kan? Nah, yang ini cocok buat mesin 200 cc ke atas, termasuk matik. Kalau matik tidak hanya karena cc-nya, tetapi juga karena mekanisme CVTnya.
source : http://www.maniakmotor.com/index.php/tips-s/3441-tips-motor-drag-bike-pilih-plih-power-band-mesin-130-cc-200-cc

bore up jupiter harian


bore up aman buat yamaha jupiter!!

Bebek 4-tak korek outlaw memakai trik bore up, naik stroke atau perbesar katup kian lazim di jalanan. Cuma sayang, makin banyak trik yang hanya uber performa tapi melupakan faktor daya tahan. Seperti yang banyak terjadi saat ini.



 “Kalau mau naik stroke, saya mending pasang kruk-as Honda Karisma ke Yamaha Jupiter-Z. Otomatis langkah piston jadi 57,9 mm (stroke asli Jupiter 54 mm). Timbang ubah kruk-as Jupiter atau ganti pin bawah (big end) model offset berisiko nggak balans,” buka Dimboeng ini, tuner Ron's Motorsport.

Dan taunya, tak banyak ubahan di seputar area crank-case Jupiter-Z untuk memuat bilah kruk-as Karisma yang lebih lebar dan berat. “Kebetulan kode laher kruk-as kiri sama, yaitu 6304. Jadi nggak masalah. Cuma buat yang kanan harus ganti dari 6205 jadi 6304,” lanjut bapak tiga anak ini.

Namun sebelum diterapkan, coba dulu putar bandul kruk-as Karisma dan pastikan tidaak bergesek di dinding crank-case. Dan kalau ada mentok dikit, kurangi kelebihan ‘daging’ alumunium dengan pisau bor tune.
Pekerjaan berikut yang rada berat, poros kruk-as bagian kanan Karisma harus dibentuk sama persis punya Jupiter-Z. Hal ini agar gigi primer dan pompa oli tetap bisa bekerja normal. “Caranya potong bagian ujung 3 mm. Terus minta tukang bubut bikin gerigi dengan mesin scrap,” yakin bengkel dibaturetno ini pasti sudah tau...

Sementara buat sisi kiri relatif mudah, karena sekadar memperkecil diameter poros kiri kruk-as Karisma agar muat lubang magnet Jupiter-Z. Dan tidak lupa bikin alur spi pengunci.

Berhubung stroke Karisma lebih panjang, dengan terpaksa blok silinder mesin Jupiter-Z dimodifikasi. Seperti memberi paking alumunium pengganjal blok silinder bawah setebal 9 mm dan pasang 4 baut blok silinder Suzuki Shogun 125. Tak hanya itu, rantai keteng Jupiter-Z juga mesti disambung 1 mata.

“Kalau sudah begitu, setang piston Karisma berdiameter 13 mm sekarang bisa pakai piston Kawak Kaze (53 mm), Blitz Joy (56 mm) atau Honda Sonic (58 mm). Pokoknya tinggal pilih dan sesuaikan ubahan pendukung di kepala silinder,” sambung mantan roadracer seangkatan Ade Taruna ini.

Sebab makin gede piston tentu bagian kubah, squish, lebar klep hingga sitting valve bisa diseimbangkan pula. Kalau pakai piston Kaze kapasitas jadi 127,6 cc, dengan piston Blitz Joy melonjak sampai 142,5 cc atau bengkak gara-gara piston Sonic jadi 152,8 cc. Tinggal pilih bro...mantap abis dech pokonya,,,,dana ga seberapa bro....


 apa lagi pakai cdi racing bawaan Rextor...mantap bro...koil pakai blinter merci aja bro bawaan kawasaki....pengapian tambah gede............



source : http://basodragspeed.blogspot.com/p/teknik-dasar-korek-mesin-jupiter-z-bore.html